Langsung ke konten utama

CAP, HCAP, HAP, VAP, Pneumonia Aspirasi dan PCP


PNEUMONIA KOMUNITAS

Anamnesis + Pemeriksaan fisis + Foto toraks + lab
Diagnosis pasti : foto toraks terdapat infiltrate baru atau infiltrate progreesif dengan gejala berikut ini :
1.      Batuk dahak
2.      Dahak biasa sampai purulen
3.      Suhu > 38 C axilla (atau riwayat demam)
4.      PF : tanda-tanda konsolidasi, fremitus meningkat, suara napas bronkovesikular dan ronki basah halus.
5.      Leukosit lebih atau sama dengan > 10.000 atau < 4500

PNEUMONIA (PORT SCORE / PSI) (IDSA/ATS 2003 & 2007 + PDPI 2005)
(Pneumonia Patients Outcomes Research Team /PORT, menentukan derajat keparahan, indikasi rawat/tidak)
Karakteristik pasien
Jumlah poin
Faktor demografi
Usia : laki-laki
           Perempuan
Perawatan di rumah
Penyakit penyerta :
Keganasan
Penyakit hati
Gagal jantung kongestif
Penyakit serebrovaskular
Penyakit ginjal
Pemeriksaan fisis :
Perubahan status mental
Pernapasan ≥ 30 kali permenit
Tekanan darah sistolik    90 mmHg      
 Suhu tubuh ≤  35°C atau  ≥ 40°C   
Nadi ≥ 125 kali permenit                                                                                                                                 
Hasil Laboratorium / Radiologi :
Analisis gas darah arteri : pH 7,35
BUN > 30 mg/dl (ureum)
Natrium < 130 mEq/ Liter
Glukosa > 250 mg/dl 
Hematokrit < 30 %  
PO2 ≤ 60 mmHg    
Efusi pleura                                                                                                                                                                                                                                                                                 

Umur (tahun)
Umur (tahun) – 10
+  10

+  30
+  20
+  10
+  10
+  10

+  20
+  20
+  20
+  15
+  10

+  30
+  20
+  20
+  10
+  10
+  10
+  10

kriteria pneumonia berat :                                                               
Salah satu kriteria MINOR
kriteria MAYOR
1.      Frekuensi napas > 30 x/min.
-        Butuh ventilasi mekanis
2.      PaO2/FiO2 < 250 mmHg
-        Infiltrate (+) > 50%
3.      Foto toraks : infiltrate bilateral
-        Butuh vasopressor dalam 4 jam (syok sepsis)
4.      Foto toraks melibatkan 2 lobus
-        Kreatinin > 2 mg/dl atau naik 2 mg/dl
5.      TDS < 90 mmHg

6.      TDD < 60 mmHg



kriteria rawat CAP  :                                                                    kriteria rawat IPI
1.      Skor PORT > 70
2.      Bila < 70 , pasien dirawat jika ada :
-        RR > 30x/min
-        PaO2/FiO2 < 250 mmHg
-        Foto toraks melibatkan 2 lobus
-        TDS < 90 mmHg
-        TDD < 60 mmHg
3.      Pneumonia pada pengguna NAPZA
1.      1 dari gejala mayor (butuh ventilasi mekanis dan butuh vasopresor dalam 4 jam
2.      ATAU 2 gejala MINOR (PaO2/FiO2 < 250 mmHg, foto kelainan bilateral, dan TDS < 90 mmHg


PNEUMONIA ATIPIK

Mycoplasma pneumonia, chlamidia pneumonia, Legionella spp, lainnya : C. psitacci, Coxiella burnettti, Virus A,B, Adenovirus, RSV
Diagnosis pneumonia atipik :
a.      Gejala ISPA : demam, batuk nonproduktif, nyeri kepala, mialgia
b.      PF : Ronki basah halus, konsolidasi
c.      Foto toraks : infiltrat intersititiel
d.      Lab. Leukositosis ringan, gram/dahak (-)
e.      Lab atipik : isolasi biakan sedikit , EIA, PCR, serologi : cold aglutinin, uji fiksasi, MIF antiurease urin

Perbedaan pneumonia atipik non tipik
Karakteristik
Pneumonia atipik
Pneumonia tipik
1.      Onset
Gradual
Akut
2.      Suhu
Kurang tinggi
Tinggi, mengigil
3.      Batuk
Non produktif
Produktif
4.      Dahak
Mukoid
Purulen
5.      Gejala lain
Nyeri kepala, mialgia, nyeri tenggorok, serak/parau, nyeri telinga
Jarang
6.      Gejala luar paru
Sering
Jarang
7.      Persamaan gram
Flora normal
Kokus gram (+)
8.      Radiologis
Patchy atau normal
Lebih konsolidasi
9.      Laboratorium
Leukosit normal, kadang rendaf
Lebih tinggi
10.   Gngg. fungsi hati
Sering
Jarang

Pengobatan pneumonia atipik :
1.      Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)
2.      Florokuinolon respirasi
3.      Doksisiklin

Factor Modifikasi :
Factor yang meningkatkan risiko infeksi bakteri pathogen spesifik. Ex. S. pneumonia resisten penisilin
1.      Pneumococcus resistan penisilin
Usia > 65 tahun, pakai AB B-laktam dalam 3 bulan terakhir, pecandu alcohol, imunokompromais, multiple disease.
2.      Bakteri enteric gram (-)
Warga panti jompo, penyakit dasar : kardipulmonal, riw. Sakit multiple, riw pemakaian AB lama)
3.      Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis, pemakaian kortikosteroid lama > 10 mg/hari, pemakaian AB spectrum luas > 7 hari pada 3 bulan terakhir, gizi kurang/buruk)


TATALAKSANA
a.     Rawat jalan (suportif/simtomatis) à bila butuh AB berikan < 8 jam
b.     Rawat inap biasa (suportif dan simtomatis) à )O2, IVFD, koreksi cairan, diet, dan AB
c.      Rawat IPI (butuh ventilator).

Durasi terapi :
-        Minimal 5 hari jika bebas demam 48-72 jam dengan kuman pathogen biasa
-        Durasi lebih lama untuk kuman pathogen lain atau kejadian infeksi intrapulmoner (S. aereus, pseudomonas)
-        Durasi lebih pendek ; mengurangi resistensi , ESO, dan biaya

PDPI 2003 VERSUS IDSA/ATS 2007
Karakteristik
PDPI 2003
IDSA/ATS 2007
RAWAT JALAN
  
Tanpa faktor modifikasi
β-laktam, atau
β-laktam + anti β-laktamase
Dengan faktor modifikasi
β-laktam + anti β-laktamase
Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin)
Dicurigai pneumonia atipik
 Makrolid baru (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
Tanpa faktor modifikasi
 Makrolid (tingkat rekomendasi kuat; level of evidence: I)
 Doksisiklin (tingkat rekomendasi lemah; level ofevidence: III)     
   Dengan faktor modifikasi
Fluorokuinolon respirasi (moksifloksasin, gemifloksasin atau levofloksasin (750 mg) (tingkat rekomendasi kuat: level of evidence: I)
Beta laktam ditambah makrolid (tingkat rekomendasi kuat; level of evidence: I)
Pada daerah dengan angka infeksi oleh S.pneumoniae yang resisten makrolid (level MIC tinggi [MIC > 16 μg/mL]) tinggi (>25%)

Dipertimbangkan penggunaan obat seperti pada nomer 2 untuk pasien tanpa komorbid (tingkat rekomendasi sedang; level of evidence: III)
RAWAT INAP
Tanpa faktor modifikasi
β-laktam atau β-laktam + anti β-laktamase intravena (iv), atau
Sefalosporin generasi ke-2, generasi ke-3 iv, atau
 Fluorokuinolon respirasi iv
Dengan faktor modifikasi
Sefalosporin generasi ke-2, generasi ke-3 iv, atau
Fluorokuinolon respirasi iv
Dicurigai infeksi bakteri atipik
 Ditambah makrolid baru
Fluorokuinolon respirasi (tingkat rekomendasi kuat, level of evidence: I)
 Î²-laktam ditambah makrolid (tingkat rekomendasi kuat, level of evidence: I)


RAWAT INTENSIF
Tidak ada faktor risiko infeksi Pseudomonas
Sefalosporin generasi  ke-3 iv non pseudomonas, ditambah makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Ada faktor risiko infeksi Pseudomonas
 Sefalosporin anti Pseudomonas iv atau karbapenem iv ditambah fluorokuinolon anti Pseudomonas (siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv
 Dicurigai infeksi bakteri atipik
 Sefalosporin anti Pseudomonas iv atau karbapenem iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv.
Tidak ada faktor risiko infeksi Pseudomonas
 Î²-laktam (sefotaksim, seftriakson, atau ampisilin-sulbaktam) ditambah azitromisin (tingkat rekomendasi kuat, level of evidence: I)
Untuk yang alergi penisilin, diberikan fluorokuinolon respirasi dan aztreonam
Ada faktor risiko infeksi Pseudomonas
β-laktam  antipneumokokus, antipseudomonas (piperasilin-tazobaktam, sefepim, imipenem, atau meropenem) ditambah siprofloksasin atau levofloksasin (750 mg)
atau  Beta laktam seperti tersebut di atas ditambah dengan aminoglikosida dan azitromisin
atau
Beta laktam seperti tersebut di atas ditambah dengan aminoglikosida dan fluorokuinolon antipneumokokus (untuk pasien yang alergi penisilin, beta laktam diganti dengan aztreonam) (tingkat rekomendasi sedang, level of evidence: III)
Jika dipertimbangkan disebabkan CA-MRSA (Community Acquired-Methicillin Resistant Staphylococcus aureus)
Tambahkan vankomisin atau linezolid (tingkat rekomendasi sedang, level of evidence: III)
Tujuan SWITCH THERAPI (sulih terapi)
Mengurangi biaya perawatan dan infeksi nosokomial
SEKUENSIAL    : AB IV à ORAL (obat sama potensi sama) : levo à moxi, gati
SWITCH OVER : AB IV à ORAL (obat beda potensi sama) : seftazidim à ciprofloksasin oral
STEP DOWN   : Obat sama/beda potensi lebih rendah : amox, cefuroksim, cefta IV à cefixime oral


KEUNTUNGAN AB ORAL
1.      EKONOMIS
2.      KLINIS
a.      Percepat mobilisasi
b.      Masa AB IV lebih singkat
c.      Mengurangi risiko infeksi nosokomial
d.      Masa rawat singkat
e.      Kualitas hidup

Pemberian obat IV 3-4 hari, perbaikan sulih ke oral /rawat jalan à criteria berikut :
1.      Tidak ada indikasi pemberian IV
2.      Absorpsi saluran cerna baik
3.      Tidak demam (lebih dari 8 jam)
4.      Perbaikan klinis (frekuensi napas, batuk)
5.      Leukosit menuju normal atau normal
6.      Nilai CRP normal

Evaluasi :
1.      DPL ulang pasca AB 3 hari (DPL, sputum gram/MO k/r, serologis AGD DLL)
2.      Foto toraks ulang 5 hari pascaAB
3.      Lihat klinis ada perbaikan atau tidak
Pencegahan :
-        Pola hidup sehat (tidak merokok)
-        Vaksinasi (pneumococcal)

KOMPLIKASI PENUMONIA
EFUSI PLEURA, PNEUMONIA BERAT, EMPIEMA, PENUMOTORAKS DAN ABSES PARU, PNEUMOTORAKS, GAGAL NAPAS DAN SEPSIS


KRITERIA PEMULANGAN PASIEN
1.     Jika tanda-tanda vital dan status O2 stabil, tidak ada komorbid yang tidak teratasi, pasien dapat dipulangkan dengan diberikan AB Oral
2.     Tidak ada keluhan klinis yang bermakna 24 jam pasca pemberian AB oral

INDIKATOR DAN KRITERIA KEBERHASILAN TERAPI ;
1.     Bebas demam lebih dari 8 jam
2.     Leukosit normal atau menuju normal
3.     Perbaikan nilai CRP > 30%
4.     Perbaikan gambaran foto toraks

























































2009








































ASPIRATION PNEUMONIA (RESPIROLOGY 2009)










HOSPITAL-ACQUIRED PNEUMONIA JRS 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AROMATERAPI : BAIKKAH UNTUK KESEHATAN PERNAPASAN KITA ??   dr. Efriadi Ismail, Sp.P(K)            Divisi Paru Kerja dan Lingkungan  Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia -   Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan Jakarta Belakangan ini kita mendengar bahwa aromaterapi diyakini mampu membawa manfaat yang baik untuk kesehatan. Aromaterapi adalah suatu terapi dengan memanfaatkan minyak alami yang diekstrak dari tumbuhan dengan tujuan meningkatkan kesehatan secara fisik maupun psikis. Minyak yang digunakan adalah minyak esensial yang terbuat dari berbagai tanaman obat, bunga, herbal, akar, buah, dan pepohonan yang tumbuh di seluruh dunia. 1  Minyak atsiri pun ada di mana-mana, ada Peppermint, lavender, lemon, rosemary, pohon teh dan lain lain. Komposisi minyak esensial dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kondisi lingkungan, jenis tanah, bagian tanaman, tipe spesies tanaman, proses isolasi, dan lain

AKHLAK MURID TERHADAP GURU

AKHLAK MURID KEPADA GURU PENDAHULUAN Masih ingat penggalan lagu ini “ Oh Ibu dan Ayah selamat pagi, ku pergi sekolah sampai kan nanti, Selamat belajar nak, penuh  semangat, rajinlah selalu tentu kau dapat, hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman” (Ciptaan Ibu Sud). Lagu ini sangat sederhana sekali namun memiliki makna yang mendalam. Seorang pelajar senantiasa diajarkan untuk senantiasa meminta doa restu ayah-bundanya setiap kali pergi sekolah belajar. Kemudian nasehat yang singkat namun luar biasa untuk senantiasa penuh semangat pasti akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tak kalah pentingnya adalah menghormati (memuliakan) guru gurunya dan menyayangi teman teman sebagaimana menyayangi saudara kandung sendiri. Jika hal tersebut maka pantas seorang pelajar itu disebut sebagai murid yang budiman. Keberhasilan pelajar yang paripurna adalah menjadi orang yang handal dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang teknologi (IPTEK) yang digelutinya serta iman