Inilah rumah dinasku saat menjalani masa bakti PTT di Kerinci Jambi. Rumah ini merupakan bagian dari kompleks Puskesmas Gunung Labu yang baru dibangun 2 tahun yang lalu. Namun baru-baru ini sudah mulai diaktifkan. Disinilah aku pernash tinggal dan menghirup dinginya udara Pegunungan kerinci. Aku adalah Dokter pertama yang mendiami rumah ini, karena masih baru tapi cukup lama tidak dipakai.
Alhamdulillah dengan dibantu warga sekitar kami bergotong royong membersihkan rumah ini, sehingga aku bisa tinggal didalamnya lebih nyaman. Aku mulai tinggal di rumah ini sejak Juli 2008 sampai Februari 2009. Tidak lama memang karena aku harus pindah ke Pariaman, terkait dengan kelulusanku sebagai CPNSD di Kab. Padang Pariaman. Walaupun hanya beberapa bulanaku tinggal disana, cukup banyak kenangan susah maupun senang yang takkan kulupakan sepanjang hayatku. Selam disana aku kemana-mana naek motor dinas, rasanya lebih luwes aja, lagipula jalanya aspalnya sudah tak bagus, so lebih enak naek motor saja (motor dinas Yamaha Vega R 2007, lumayan keren ).
Sebagian besar mata pencaharianya warga disini adalah petani sayur-mayur dari mulai kentang, tomat, cabe, kol, buncis, bawang. Namun jangan salah salah, banayk mereka yang sukses sebagia petani. Walaupun mereka adalah masyarakat Jawa perantauan, mereka dapat berbaur dengan penduduk askli Kerinci. Inilah karunia Allah Taala kepadaKerinci yang dianugerahi tanah yang subur makmur, semestinya kita senantiasa bersyukur.
enaknya PTT disini, selain udaranya sejuk, kita nggak bakal kelaparan ataupun kurang sayur, karena pasti ada saja warga yang suka memberikan sayuran bakan mengirimkan makanan ke rumah. Maklum waktu itu aku tinnggal sendiri. memang sempat istri dan anaku tinggal disanaselama 2 bulan disana pasca lebaran. Namun saat kami pulang ke Pariaman untuk mengikuti test CPNSD, aku pun memutuskan agar mereka tetap tinggal saja di Pariaman, Insya Allah, kalau nanti lulus CPNS kan bisa berkumpul lagi, Alkhamdulillah akau lulus namun istriku tak lulus.
Jadilah sejak desember aku balik lagi ke Kerinci tanpa istri dan anakku (membujang lagi deh hehehehehe). Sampai sampai para araga disana suka mencandaiku sebagai Pak Duda hahahah ada-ada saja mereka. tiap malam aku keluar rumahmaeen ke tetangga sambil berdiang di api unggun untuk mengusir pekatnya dingin hawa pegunungan.
Ada fenomena yang sangat menggelitik hatiku, melihat ulah oknum mantri disana, kebnyakan adalah pegawai RS Kayu aro yang notabene tidak punya latar belakang pendidikan kesehatan minimal Akper atau SPK. Hanya bermodal ikut-ikutan Di RS mereke berani mengobati pasien layaknya seorang doktesr bahkan melakukan sirkumsisi, bukan maeen. dan tarifnya lumayan gede. Bahkan mereka siap dipanggil kerumah-rumah layaknya pedagang keliling jual obat. Ada beberapa anak laki hasil karya sirkumsisi mereka yang preputium menutup kembali seperti anak yang belum disunat.
Terkadang sebagai dokter yang benernya disitu, masayakat punya kebiasaan jelek, tiap ada yang sakit kita dipanggil kerumahnya, padahal sakitnya biasa-bisa saja, hal inilah sering menjengkelkan aku, padahal l di rumah dinasku sudah kusiapkan sedemikian rupa sebagai tempat praktek. Tapikalo diminta tarif lebih mahal dari bisanya malah mengerutkan dahi, lucu banget. Lagipula transportasi disana kase jalanya cukup bagus tapi tetapa ja kita musti kerumahnya. Pelan-pelan aku cba mendidik warga kalau berobat langsung aja ke rumah, sebab lebiah aman kalu kita mengobati pasien di tempat praktek semuanya lengkap, dan lebih aman. janagn disamakan dengan oknum mantri itu dong. Terkecuali kalo kondisinya sudah tak memungkinkan lagi di bawa baru kita meluncuur.
Suatu ketika aku didatangi keluaraga pasien, untuk datang ke rumahnya. Katanya isrtinya sakit perut dan tidak dapat berjalan lagi. dengan sigap kuambil tas kerjaku dan langsung meluncur kesana, ..semapainya disana eh ternyata cuma gastric pain biasa, dan malah pasien mondar-mandir dirumah. Aku dibohongi...mentah..mentah. berarti bisa jalan dan sakitnya dak serius amat....bilang aja males ke rumahku . Sejak saat itu aku selektif menerima panggilan ker umah dan kuanjurkan lebih baiuk datang aja kerumah.
Kendatipun demikian aku tetap istiqomah, jalankan tugasmu sebagaimana mestinya , Ingat sumpah kita. samapai disini aja dulu ya, kaan kapan kita sambung lagi dengan cerita yang laen. mudah2an aku bisa menggoreskan hal-hal yang bermanfaat.
Alhamdulillah dengan dibantu warga sekitar kami bergotong royong membersihkan rumah ini, sehingga aku bisa tinggal didalamnya lebih nyaman. Aku mulai tinggal di rumah ini sejak Juli 2008 sampai Februari 2009. Tidak lama memang karena aku harus pindah ke Pariaman, terkait dengan kelulusanku sebagai CPNSD di Kab. Padang Pariaman. Walaupun hanya beberapa bulanaku tinggal disana, cukup banyak kenangan susah maupun senang yang takkan kulupakan sepanjang hayatku. Selam disana aku kemana-mana naek motor dinas, rasanya lebih luwes aja, lagipula jalanya aspalnya sudah tak bagus, so lebih enak naek motor saja (motor dinas Yamaha Vega R 2007, lumayan keren ).
Sebagian besar mata pencaharianya warga disini adalah petani sayur-mayur dari mulai kentang, tomat, cabe, kol, buncis, bawang. Namun jangan salah salah, banayk mereka yang sukses sebagia petani. Walaupun mereka adalah masyarakat Jawa perantauan, mereka dapat berbaur dengan penduduk askli Kerinci. Inilah karunia Allah Taala kepadaKerinci yang dianugerahi tanah yang subur makmur, semestinya kita senantiasa bersyukur.
enaknya PTT disini, selain udaranya sejuk, kita nggak bakal kelaparan ataupun kurang sayur, karena pasti ada saja warga yang suka memberikan sayuran bakan mengirimkan makanan ke rumah. Maklum waktu itu aku tinnggal sendiri. memang sempat istri dan anaku tinggal disanaselama 2 bulan disana pasca lebaran. Namun saat kami pulang ke Pariaman untuk mengikuti test CPNSD, aku pun memutuskan agar mereka tetap tinggal saja di Pariaman, Insya Allah, kalau nanti lulus CPNS kan bisa berkumpul lagi, Alkhamdulillah akau lulus namun istriku tak lulus.
Jadilah sejak desember aku balik lagi ke Kerinci tanpa istri dan anakku (membujang lagi deh hehehehehe). Sampai sampai para araga disana suka mencandaiku sebagai Pak Duda hahahah ada-ada saja mereka. tiap malam aku keluar rumahmaeen ke tetangga sambil berdiang di api unggun untuk mengusir pekatnya dingin hawa pegunungan.
Ada fenomena yang sangat menggelitik hatiku, melihat ulah oknum mantri disana, kebnyakan adalah pegawai RS Kayu aro yang notabene tidak punya latar belakang pendidikan kesehatan minimal Akper atau SPK. Hanya bermodal ikut-ikutan Di RS mereke berani mengobati pasien layaknya seorang doktesr bahkan melakukan sirkumsisi, bukan maeen. dan tarifnya lumayan gede. Bahkan mereka siap dipanggil kerumah-rumah layaknya pedagang keliling jual obat. Ada beberapa anak laki hasil karya sirkumsisi mereka yang preputium menutup kembali seperti anak yang belum disunat.
Terkadang sebagai dokter yang benernya disitu, masayakat punya kebiasaan jelek, tiap ada yang sakit kita dipanggil kerumahnya, padahal sakitnya biasa-bisa saja, hal inilah sering menjengkelkan aku, padahal l di rumah dinasku sudah kusiapkan sedemikian rupa sebagai tempat praktek. Tapikalo diminta tarif lebih mahal dari bisanya malah mengerutkan dahi, lucu banget. Lagipula transportasi disana kase jalanya cukup bagus tapi tetapa ja kita musti kerumahnya. Pelan-pelan aku cba mendidik warga kalau berobat langsung aja ke rumah, sebab lebiah aman kalu kita mengobati pasien di tempat praktek semuanya lengkap, dan lebih aman. janagn disamakan dengan oknum mantri itu dong. Terkecuali kalo kondisinya sudah tak memungkinkan lagi di bawa baru kita meluncuur.
Suatu ketika aku didatangi keluaraga pasien, untuk datang ke rumahnya. Katanya isrtinya sakit perut dan tidak dapat berjalan lagi. dengan sigap kuambil tas kerjaku dan langsung meluncur kesana, ..semapainya disana eh ternyata cuma gastric pain biasa, dan malah pasien mondar-mandir dirumah. Aku dibohongi...mentah..mentah. berarti bisa jalan dan sakitnya dak serius amat....bilang aja males ke rumahku . Sejak saat itu aku selektif menerima panggilan ker umah dan kuanjurkan lebih baiuk datang aja kerumah.
Kendatipun demikian aku tetap istiqomah, jalankan tugasmu sebagaimana mestinya , Ingat sumpah kita. samapai disini aja dulu ya, kaan kapan kita sambung lagi dengan cerita yang laen. mudah2an aku bisa menggoreskan hal-hal yang bermanfaat.
Bagi rekan rekan yang sedang atau akan menjalankan PTT, Sabar dalah kunci dari ke Ihkhlasan. selamat berjuang,
Komentar
Posting Komentar